ViewHomework Help - Pengaruh Ekonomi Internasional Terhadap Keseimbangan Ekonomi - REGINA KEL. MANAJEMEN FEB2381023 at University of Medan Area. Pengaruh Ekonomi Internasional Terhadap Suci(2015) meneliti pengaruh globalisasi terhadap pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan pendapatan di ASEAN. Hasilnya, tingkat globalisasi secara keseluruhan ditemukan 4 Masalah yang dibahas dalam Ekonomi Internasional 5. Hubungan Ilmu Ekonomi Internasional dengan Ilmu Ekonomi Lain 1, 2 dan 4 atau 1 dan 2 2 Pengaruh Ekonomi Internasional Terhadap Keseimbangan Ekonomi TIU: Mahasiswa mengetahui dan menjelaskan bagaimana pengaruh aspek internasional terhadap ekonomi nasional, supply and Datayang digunakan adalah data agreagat Indonesia tahun 1980 sampai 2006 meliputi Pendapatan Domestik Bruto, Ekspor Riil, Impor Riil, Nilai Tukar Riil Rupiah terhadap peranandan pengaruh ekonomi internasional terhadap ekonomi nasional SlideShare uses cookies to improve functionality and performance, and to provide you with relevant advertising. If you continue browsing the site, you agree to the use of cookies on this website. Xikw. Pengaruh Ekonomi Internasional Terhadap Keseimbangan Ekonomi – Hubungan ekonomi internasional memiliki pengaruh yang sangat erat dengan keseimbangan ekonomi, yang mana dapat mempengaruhi keseimbangan supply dan demand, pendapatan nasional dan aspek mikro perusahaan. Pengaruh tersebut akan berdampak positif jika suatu negara ikut berpartisipasi sebagai pelaku dalam menyediakan kebutuhan yang mampu bersaing dalam segala aspek dan akan berdampak negatif apabila hanya terlibat sebagai pelaku yang mengkonsumsi barang saja konsumen. Berikut adalah tiga pengaruh ekonomi inetrnasional terhadap keseimbangan ekonomi. 1. Pengaruh Aspek Internasional Terhadap Keseimbangan Supply dan Demand2. Pengaruh Aspek Internasional Terhadap Pendapatan Nasional3. Pengaruh Aspek Internasional Terhadap Aspek Mikro Perusahaan 1. Pengaruh Aspek Internasional Terhadap Keseimbangan Supply dan Demand Secara teoritis, keseimbangan ekonomi nasional suatu negara dapat dirumuskan sebagai suatu keseimbangan antara jumlah barang dan jasa yang ditawarkan dengan jumlah barang dan jasa yang diminta S = D. Hal ini dapat digambarkan dengan skema sebagai berikut Keterangan DN = Dalam Negeri LN = Luar Negeri M = Impor X = Ekspor Pd Domestik Produk = Pendapatan atas barang produksi dalam negeri Cd Consumption Domestik = Pengeluaran atas barang produksi dalam negeri Dari uraian tersebut terbukti bahwa keseimbangan ekonomi nasional suatu negara sangat dipengaruhi oleh ekonomi yaitu impor M sebagai supply dan Ekspor X sebagai demand dari luar tersebut dapat digambarkan dengan grafik sebagai berikut. Keterangan Bila impor M naik, maka supply total St dalam negeri akan naik, sehingga kurva supply total St bergeser ke kanan bawah St1. Dalam hal ini, jika demand tetap maka harga akan turun menjadi P1 dan Produksi dalam negeri Pd akan turun menjadi Q1, sedangkan titik keseimbangan bergeser dari E0 ke E1. Bila ekspor X naik, maka kurva demand Dt akan bergeser ke kanan atas Dt1. Bila supply total St tetap, maka harga akan naik menjadi P2 dan produksi dalam negeri Pd akan naik menjadi Q2, dan titik keseimbangan bergeser dari E0 ke E2. Dengan demikian, terbukti bahwa dengan kegiatan ekonomi perdagangan internasional X dan M berpengaruh terhadap ekonomi nasional melalui harga dan produksi dalam negeri. 2. Pengaruh Aspek Internasional Terhadap Pendapatan Nasional Ditinjau dari perhitungan pendapatan nasional secara teoritis, perhitungan pendapatan nasional berdasarkan pendekatan pengeluaran dapat dirumuskan sebagai berikut. GNP = Y = C + I + G + X-M Keterangan GNP = Gross National Product C = Konsumsi I = Investasi G = Pengeluaran Pemerintah M = Impor X = Ekspor – Bila X – M > 0 maka X > M Berarti saldo X netto positif atau posisi neraca perdagangan luar negeri surplus, sehingga Y akan naik dan berarti pula GNP akan naik.– Bila X – M 10% data ekspor impor indonesia tahun 1996 dalam milliar rupiahsumber BPS– Ekspor total 28,22%– Impor total 25,23%– GDP 100% Dari data di atas dapat dilihat tingkat keterbukaan perekonomian Indonesia yang ditunjukkan oleh besarnya pengaruh sektor luar negeri terhadap keseimbangan permintaan dan penawaran agregat yaitu ekspor mencapai 28,22% dan impor mencapai 25,23%. hal inilah yang menyebabkan perekonomian Indonesia menjadi sangat terpengaruh oleh situasi / kondisi perekonomian internasional, seperti krisis moneter / operasi USD. Pengaruh globalisasi, khususnya dibidang ekonomi juga berdampak terhadap perusahaan / perorangan yang tidak melakukan kegiatan langsung dengan luar bila terjadi apresiasi valas maka harga impor kendaraan dan spare partnya dari luar negeri akan menjadi lebih mahal. Hal ini tentu akan dapat mengakibatkan kenaikan biaya transpor yang akan mempengaruhi pendapatan dan pengeluaran perusahaan dan perorangan yang tidak melakukan kegiatan perdagangan luar negeri ekspor dan impor secara langsung. 3. Pengaruh Aspek Internasional Terhadap Aspek Mikro Perusahaan Suatu perusahaan memegang peranan penting sebagai pelaku dalam perdagangan internasional. Hal ini tentunya membawa pengaruh terhadap perusahaan itu sendiri dikarenakan kualitas dan kuantitas kebutuhan yang diperdagangkan di pasar internasional tergantung pada perusahaan itu sendiri. Perdagangan internasional bisa membawa suatu perusahaan yang berkecimpung di dalam suatu negara menjadi perusahaan multinasional yang memiliki jaringan perdagangan yang lebih luas karena adanya akses ke pasar luar negara tempat dimana perusahaan itu berada. Campur tangan pemerintah dan segala bentuk kebijakan perdagangan yang datang dari dalam atau luar negeri juga mampu membuka bahkan menutup kemampuan perusahaan dalam berperan serta di perdagangan internasional. Ditinjau dari aspek mikro pengaruh ekonomi internasional khususnya keuangan internasional dapat diuraikan sebagai berikut 1. Perusahaan memerlukan input baik dari dalam maupun luar negeri, variabel biaya input adalah P price dan Q quantity, input yang digerakkan secara langsung maupun tidak langsung akan dipangaruhi oleh fluktuasi kurs valas forex rate. Fluktuasi forex rate naik-turunnya harga suatu mata uang dibanding mata uang lainnya. 2. Sebaliknya perusahaan akan memasarkan produknya di dalam maupun di luar negeri, variabel yang menentukan besarnya revenue yang akan diperoleh adalah P dan Q produk yang dihasilkan dan terjual. Inipun akan dipengaruhi oleh fluktuasi kurs valas forex rate. 3. Tingkat keuntungan atau profit perusahaan akan ditentukan oleh selisih antara total revenue dan total cost maka secara makro ekonomi baik langsung maupun tidak langsung, ekonomi dan keuangan internasional berpengaruh terhadap perusahaan. Pengaruh aspek internasional terhadap aspek mikro perusahaan adalah menganalisa pasar beserta mekanismenya yang membentuk harga relatif kepada produk dan jasa, dan alokasi dari sumber terbatas diantara banyak penggunaan alternatif. Aspek mikro perusahaan menganalisa kegagalan pasar, yaitu ketika pasar gagal dalam memproduksi hasil yang efisien; serta menjelaskan berbagai kondisi teoritis yang dibutuhkan bagi suatu pasar persaingan sempurna. Bidang-bidang penelitian yang penting dalam ekonomi mikro, meliputi pembahasan mengenai keseimbangan umum general equilibrium, keadaan pasar dalam informasi asimetris, pilihan dalam situasi ketidakpastian, serta berbagai aplikasi ekonomi dari teori permainan. Juga mendapat perhatian ialah pembahasan mengenai elastisitas produk dalam sistem pasar. Refrensi Globalisasi ekonomi menciptakan hubungan ekonomi yang saling memengaruhi antarnegara serta lalu lintas barang dan jasa akan membentuk perdagangan antarnegara. Globalisasi akan menin- gkatkan perdagangan internasional, akan tetapi seringkali menimbulkan berbagai pengaruh yang kuat terhadap pola pendapatan di dalam suatu negara, sehingga memunculkan pihak yang diuntung- kan dan pihak yang dirugikan. Ada negara yang mengalami penurunan kemiskinan dan ketimpan- gan pendapatan, ada pula yang mengalami peningkatan kemiskinan dan ketimpangan pendapatan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh jangka pendek dan jangka panjang global- isasi ekonomi terhadap kemiskinan dan ketimpangan pendapatan di Indonesia, serta memberikan rekomendasi kebijakan dalam rangka meminimalisir dampak negatif dari globalisasi ekonomi. Data yang digunakan adalah data sekunder yang terdiri dari nilai ekspor impor, produk domestic bruto, pendapatan per kapita, tingkat pengangguran terbuka, tingkat kemikisknan, dan indeks gini dari tahun 1978-2015. Hasil analisis menggunakan Vector Error Correction Model VECM menunjuk- kan bahwa globalisasi ekonomi tidak berpengaruh terhadap kemiskinan, tetapi dalam jangka pan- jang dapat mengurangi tingkat kemiskinan. Sementara itu, globalisasi ekonomi dalam jangka pendek dapat mengurangi ketimpangan pendapatan, akan tetapi dalam jangka panjang tidak memikili dampak yang signifikan. Untuk mengurangi kemiskinan dan ketimpangan pendapatan melalui perdagan- gan internasional, perlu diterapkan suatu sistem perdagangan yang adil. Dengan demikian semua pelaku ekonomi mendapat manfaat, bukan menjadi predator bagi yang lainnya. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free ī€ƒī€„ī€…ī€†ī€‡ī€ˆī€‰ī€…ī€Šī€‚ī€‰ī€ī€‚ī€Šī€‹ī€‚ī€ī€Œī€‚ī€ī€‚ī€ī€ī€Žī€ī€ī€‚ī€ī€‚ī€ˆī€Šī€‚ī€‘ī€’ī€“ī€”ī€•ī€–ī€’ī€—ī€ī€‡ī€“ī€˜ī€™ī€˜ī€šī€› PROCEEDING KONFERENSI NASIONAL DAN CALL FOR PAPERImproving Accounting, Management, and Economic Researchin Developing Business Sustainabilityand Economic GrowthUNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA 2017 PROCEEDING KONFERENSI NASIONAL DAN CALL FOR PAPERImproving Accounting, Management, and Economic Researchin Developing Business Sustainabilityand Economic GrowthHak CiptaĀ© 2017, pada Penulis/PenerbitHak Publikasi pada Penerbit Fakultas EkonomiUniversitas Atma Jaya YogyakartaDilarang memperbanyak, memperbanyak sebagian atau seluruh isi dari buku inidalam bentuk apapun, tanpa izin tertulis dari penerbitCetakan Pertama, Oktober 2017Penerbit Fakultas EkonomiUNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTAJalan Babarsari 43 YogyakartaTelpon 0274 -487711 Psw. 3127 Faks. 0274-485227ISBN 978-602-98157-7-1 Konferensi Nasional dan Call for Paperā€œImproving Accounting, Management, and Economic Research in Developing Business Sustainability and and Economic Growthā€103 Jurnal MODUS & Ristekdikti- 2017GLOBALISASI EKONOMI DAN PENGARUHNYA TERHADAP KEMISKINAN DAN KETIMPANGAN PENDAPATAN DI INDONESIALestari AgusalimUniversitas Trilogilestariagusalim Suzuda PohanUniversitas globalization has created the mutual economic relations among countries, and the traffi c of goods and services will form trade among countries. Globalization will uplift the international trade, nevertheless it often leads to strong infl uences on income patterns within a country, thereby generating both the benefi ciaries and the disadvantaged. There are some countries experiencing pov-erty reduction and decreasing income inequality, some with increasing poverty and income inequal-ity. This research aims to analyze the short and long term effect of economic globalization to poverty and income inequality in Indonesia, and to give policy of recommendation in order to minimize the negative effect of economic globalization. The secondary data used are export import value, gross domestic product, income per capita, open unemployment rate, poverty rate, and gini index during 1978-2015. Vector Error Correction Model VECM analysis shows that in short term, trade open-ness does not have any signifi cant impact on poverty, but in the long term, it has signi cant impact in reducing poverty. Meanwhile, economic globalization in the short term can reduce income inequality, but in the long run it does not have a signifi cant impact. To reduce the poverty and income inequal-ity through international trade, it requires a fair trade system. So that all economy agents would get benefi t, not becoming predator to othersKeywords Economic Globalization, Poverty, Income Inequality, VECMABSTRAKGlobalisasi ekonomi menciptakan hubungan ekonomi yang saling memengaruhi antarnegara serta lalu lintas barang dan jasa akan membentuk perdagangan antarnegara. Globalisasi akan menin-gkatkan perdagangan internasional, akan tetapi seringkali menimbulkan berbagai pengaruh yang kuat terhadap pola pendapatan di dalam suatu negara, sehingga memunculkan pihak yang diuntung-kan dan pihak yang dirugikan. Ada negara yang mengalami penurunan kemiskinan dan ketimpan-gan pendapatan, ada pula yang mengalami peningkatan kemiskinan dan ketimpangan pendapatan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh jangka pendek dan jangka panjang global-isasi ekonomi terhadap kemiskinan dan ketimpangan pendapatan di Indonesia, serta memberikan rekomendasi kebijakan dalam rangka meminimalisir dampak negatif dari globalisasi ekonomi. Data yang digunakan adalah data sekunder yang terdiri dari nilai ekspor impor, produk domestic bruto, pendapatan per kapita, tingkat pengangguran terbuka, tingkat kemikisknan, dan indeks gini dari tahun 1978-2015. Hasil analisis menggunakan Vector Error Correction Model VECM menunjuk-kan bahwa globalisasi ekonomi tidak berpengaruh terhadap kemiskinan, tetapi dalam jangka pan-jang dapat mengurangi tingkat kemiskinan. Sementara itu, globalisasi ekonomi dalam jangka pendek dapat mengurangi ketimpangan pendapatan, akan tetapi dalam jangka panjang tidak memikili dam- Konferensi Nasional dan Call for Paperā€œImproving Accounting, Management, and Economic Research in Developing Business Sustainability and and Economic Growthā€104 Jurnal MODUS & Ristekdikti- 2017pak yang signifi kan. Untuk mengurangi kemiskinan dan ketimpangan pendapatan melalui perdagan-gan internasional, perlu diterapkan suatu sistem perdagangan yang adil. Dengan demikian semua pelaku ekonomi mendapat manfaat, bukan menjadi predator bagi yang Kunci Globalisasi Ekonomi, Kemiskinan, Ketimpangan Pendapatan, VECM1. PENDAHULUANGlobalisasi ekonomi adalah suatu proses pengintegrasian ekonomi nasional ke dalam suatu sistem ekonomi global Fakih, 2002. Salah satu bentuk globalisasi ekonomi ditandai dengan me-ningkatnya keterbukaan perekonomian suatu negara terhadap perdagangan internasional. Globalisa-si ekonomi ini akan menciptakan hubungan ekonomi yang saling memengaruhi antarnegara, serta lalu lintas barang dan jasa akan membentuk perdagangan antarnegara. Kontrol pemerintah semakin memudar karena proses globalisasi digerakkan oleh kekuatan pasar global, bukan oleh kebijakan atau peraturan yang dikeluarkan oleh suatu pemerintah secara individu. Kegiatan perdagangan internasi-onal akan memengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu negara, karena semua negara bersaing di pasar internasional Todaro dan Smith, 2006. Menurut Husynski dan Buchanan 2002, globalisasi ekonomi menghasilkan suatu kondisi pe-rubahan yang cepat. Mulai dari revolusi cyber, liberalisasi perdagangan, homogenisasi barang dan jasa di seluruh dunia hingga ekspor yang berorientasi pertumbuhan merupakan komponen dari fenomena globalisasi. Globalisasi ekonomi akan meningkatkan perdagangan internasional. Akan tetapi, sering-kali menimbulkan berbagai pengaruh yang kuat terhadap pola pendapatan di dalam suatu negara. Perdagangan internasional diyakini memunculkan pihak-pihak yang diuntungkan dan pihak-pihak yang dirugikan. Globalisasi memiliki dampak positif dan negatif. Dampak positif dari globalisasi seperti pen-ingkatan pendapatan nasional karena mempunyai keunggulan komparatif, jalan masuk terhadap glob-al capital, penyebaran teknologi, penyebaran human rights dan peningkatan kesempatan kerja se-hingga mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat suatu negara. Atas dasar pemikiran tersebut, organisasi perdagangan internasional dan banyak ekonom berpendapat bahwa globalisasi mendorong pertumbuhan ekonomi dan pengurangan kemiskinan dan ketimpangan pendapatan. Sedangkan dam-pak negatif dari globalisasi adalah melemahnya posisi dari negara yang kekurangan keterampilan dan modal, pengelolaan yang lemah dalam perdagangan internasional oleh negara miskin, eksploitasi pe-kerja di negara miskin, resiko pasar modal global yang tidak stabil, melemahnya stabilitas budaya na-sional, otonomi perekonomian nasional dirusak oleh keterbukaan pasar modal, dan negara yang lebih miskin harus menerima kebijakan yang dibuat negara yang lebih kaya Mutascu dan Fleischer, 2011. Ada perdebatan tentang keuntungan dan kerugian dari keterbukaan perdagangan. Berdasar-kan beberapa penelitian yang dilakukankan di berbagai negara, ditemukan bahwa terdapat tiga pola hubungan antara keterbukaan perdagangan dengan kemiskinan suatu negera, diantaranya; 1 keter-bukaan perdagangan menyebabkan kemiskinan dan ketimpangan menurun, 2 keterbukaan perda-gangan menyebabkan kemiskinan dan ketimpangan pendapatan meningkat, 3 terdapat hubungan yang rumit antara keterbukaan ekonomi dan kemiskinan dan ketimpangan keterbukaan perdagangan dalam mengurangi kemiskinan dibuktikan oleh hasil pene-litian Ozcan dan Kar 2016, Okungbowa dan Eburajolo 2014, Oyewale dan Amusat 2013, dan Fischer 2003 yang menemukan bahwa keterbukaan perdagangan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi dan menurunkan kemiskinan di negara-negara dunia. Sebagian besar ekonom dan organisasi ekonomi internasional menyatakan hal yang sama. Posisi yang pro terhadap perdagangan internasi-onal mengklaim bahwa gelombang arus globalisasi sejak 1980-an sebenarnya telah mempromosikan kesetaraan ekonomi dan mengurangi angka kemiskinan Dollar & Kraay, 2002. Hasil penelitian Bukhari dan Munir 2016, Amjad 2015, Salimi et al, 2014, Faustino dan Vali 2011, Heshmati dan Lee 2010, Borraz dan Lopez-Cordova 2007 juga menemukan bahwa globalisasi perdagangan menurunkan ketimpangan pendapatan. Globalisasi secara keseluruhan ditemukan mempunyai dam- Konferensi Nasional dan Call for Paperā€œImproving Accounting, Management, and Economic Research in Developing Business Sustainability and and Economic Growthā€105 Jurnal MODUS & Ristekdikti- 2017pak yang positif secara signifi kan terhadap pertumbuhan ekonomi dan dampak yang negatif terhadap ketimpangan pendapatan. Globalisasi memungkinkan penduduk suatu negara dapat mengonsumsi produk dan jasa dari negara lain, berinvestasi di negara lain, bekerja dan memperoleh pendapatan di negara lain, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Mukherjee dan Krieckhaus, 2012. Tetapi terdapat keraguan dari kelompok pesimistis yang globalisasi justru semakin memiskink-an negara yang terlibat di dalamnya. Hasil penelitian Chen dan Ravallion 2007, Ravallion 2006, Abbott 2003, dan Twyford 2003 menemukan bahwa kemisikinan masih tinggi seiring berkemban-gannya globalisasi ekonomi. Globalisasi bisa memperburuk ketimpangan pendapatan karena proses produksi dibagi dan beberapa bagian ditransfer ke luar negeri Feenstra dan Hanson, 1999. Selain itu, kebijakan ekonomi neoliberal yang mendorong globalisasi telah memberikan kontribusi untuk peningkatan ketidaksetaraan pendapatan Cornia dan Kiiski, 2001. Secara pesimistis, globalisasi dianggap memiliki dampak terhadap meningkatnya ketimpangan pendapatan Mahesh, 2016; Zakaria dan Fida, 2016; Wong, 2016; Asteriou et al, 2013; Ogunyomi, et al, 2013.Penelitian lain yang dilakukan oleh Chaudhry dan Imran 2013, Nissanke dan Thorbecke 2010, Harrison 2007, Harrison et al., 2004 dan Lopez 2004 menemukan bahwa terdapat hubungan yang kompleks dan samar antara globalisasi ekonomi dan kemiskinan. Sementara itu, ha-sil penelitian Williamson 2002, O’Rourke 2001 dan Aghion dan Williamson 1998, menunjuk-kan globalisasi memberikan dampak yang bervariasi bagi tiap negara. Ada negara yang mengalami penurunan ketimpangan ekonomi ada pula yang mengalami peningkatan ketimpangan pendapatan. Di tengah-tengah perdepatan sengit mengenai pengaruh globalisasi terhadap perekonomian suatu negara, globalisasi semakin tak terhindarkan oleh negara-negara di dunia, karena perdagan-gan bebas, aliran informasi, barang dan jasa antar negara di dunia terus meningkat yang berdampak pada pertumbuhan ekonomi. Banyaknya ratifi kasi kerjasama ekonomi internasional oleh Indonesia menimbulkan diskursus diantara para pakar ekonomi khususnya mengenai pengaruh keterbukaan ekonomi terhadap tingkat kemiskinan di dalam negeri. Gambar 1, menunjukkan perkembangan nilai ekspor, impor, dan tingkat kemisnan di Indonesia sejak tahun 1978 hingga 2015. Selama tiga puluh delapan tahun, nilai ekspor impor indonesia mengalami peningkatan yang pesat. Neraca perdagan-gan Indonesia selalu bernilai positif kecuali pada tahun 2012 hingga 2014 yang mengalami defi sit neraca perdagangan. Salah satu faktor yang menyebabkan tekanan defi sit pada neraca perdagangan Indonesia adalah meningkatnya permintaan impor komoditi migas dan menurunnya kinerja ekspor non-migas Ginting, 2014. Selain itu, juga karena didorong oleh peningkatan permintaan kendaraan bermotor dan smartphone. Sementara itu, tingkat kemiskinan di Indonesia mengalami fl uktuatif, pada zaman orde baru terjadi penurunan tingkat kemiskinan secara signifi kan. Pada masa transisi menuju era reformasi terjadi peningkatan kemiskinan diakibatkan krisis moneter dan politik. Namun, setelah tahun 2001 tingkat kemiskinan mengalami penurunan tetapi melambat. Konferensi Nasional dan Call for Paperā€œImproving Accounting, Management, and Economic Research in Developing Business Sustainability and and Economic Growthā€106 Jurnal MODUS & Ristekdikti- 2015PersenJuta USDEkspor Impor Tingkat KemiskinanSumber Badan Pusat Statistik & Kementerian Perdagangan, 2016 data diolah Gambar 1 Ekspor, Impor, dan Tingkat Kemiskinan Sebagai bagian dari masyarakat global, Indonesia telah meratifi kasi berbagai perjanjian perda-gangan bebas. Banyaknya ratifi kasi tersebut, menimbulkan diskursus di antara para pakar ekonomi nasional khususnya mengenai pengaruh keterbukaan ekonomi terhadap ketimpangan pendapatan di dalam negeri. Gambar 2, menunjukkan perkembangan nilai ekspor, impor, dan tingkat ketimpangan pendapatan di Indonesia sejak tahun 1978 hingga 2015Indeks GiniJuta USDEkspor Impor Indeks Giniī€ƒī€ƒī€ƒī€ƒī€ƒī€ƒī€ƒī€ƒī€ƒī€ƒī€ƒSumberī€ƒBadanī€ƒPusatī€ƒStatistikī€ƒ&ī€ƒKementerianī€ƒPerdagangan,ī€ƒ2016ī€ƒdataī€ƒdiolahī€ƒī€ƒGambar 2 Ekspor, Impor, dan Tingkat Ketimpangan Selama tiga puluh delapan tahun, nilai ekspor impor Indonesia mengalami peningkatan yang pesat. Neraca perdagangan Indonesia selalu bernilai positif kecuali pada tahun 2012 hingga 2014 yang mengalami defi sit neraca perdagangan. Salah satu faktor yang menyebabkan tekanan defi sit Konferensi Nasional dan Call for Paperā€œImproving Accounting, Management, and Economic Research in Developing Business Sustainability and and Economic Growthā€107 Jurnal MODUS & Ristekdikti- 2017pada neraca perdagangan Indonesia adalah meningkatnya permintaan impor komoditi migas dan menurunnya kinerja ekspor non-migas Ginting, 2014. Selain itu, juga karena didorong oleh pen-ingkatan permintaan kendaraan bermotor dan smartphone. Sementara itu, ketimpangan pendapatan di Indonesia tidak mengalami perubahan yang berarti. Pada akhir orde baru terjadi penurunan ketimpan-gan pendapatan. Namun, setelah reformasi ketimpangan pendapatan cenderung latar belakang yang telah diuraikan, penulis tertarik untuk meneliti lebih mendalam mengenai Globalisasi Ekonomi dan Pengaruhnya terhadap Kemiskinan dan Ketimpangan Pendapa-tan di Indonesia. Dengan mengetahui pengaruh keterbukaan perdagangan tersebut maka akan mem-berikan suatu informasi penting kepada pemerintah sehingga dapat dijadikan sebagai pengetahuan dan pertimbangan dalam menentukan arah perekonomian RUMUSAN MASALAH Berdasarkan uraian latar belakang, maka rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai beri-kut 1. Bagaimana pengaruh jangka pendek dan jangka panjang globalisasi ekonomi terhadap kemiskinan di Indonesia?2. Bagaimana pengaruh jangka pendek dan jangka panjang globalisasi ekonomi terhadap ketimpangan pendapatan di Indonesia?3. Apa rekomendasi kebijakan dalam rangka meminimalisir dampak negatif dari globalisasi ekonomi?Manfaat penelitianPenelitian ini diharapkan mampu memberikan beberapa kontribusi akademik. Pertama, kajian yang luas tentang globalisasi dan memberikan pemahaman yang lebih baik mengenai manfaat dan biaya dari globalisasi terutama terhadap kemiskinan dan distribusi pendapatan. Kedua, analisis glo-balisasi ekonomi indeks keterbukaan perdagangan dan hubungannya dengan variabel kemiskinan dan ketimpangan pendapatan yang merujuk pada konsep teoritis dan temuan empiris di negara lain. Analisis ini memberi implikasi kebijakan yang penting dan membantu pemerintah untuk mempertim-bangkan langkah-langkah yang tepat untuk memaksimalkan manfaat globalisasi dan meminimalkan KAJIAN Globalisasi Ekonomi dan KemiskinanAda perdebatan tentang keuntungan dan kerugian dari globalisasi. Sebagian besar ekonom dan organisasi internasional berpendapat bahwa globalisasi memacu pertumbuhan dan mengurangi ke-miskinan Fischer, 2003. Ozcan dan Kar 2016 melakukan riset pengaruh liberalisasi perdagangan terhadap kemiskinan di Turki. Turki mulai menerapkan strategi pertumbuhan berorientasi ekspor pada awal tahun 1980 dan telah menjadi bagian integral dari ekonomi dunia. Liberalisasi perdagan-gan diharapkan mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi, pendapatan per kapita, dan mengu-rangi kemiskinan. Dengan menggunakan model vector error correction model VECM, ditemukan bahwa liberalisasi perdagangan telah mengurangi kemiskinan di yang sama juga di temukan oleh Okungbowa Eburajolo 2014 saat melakukan penelitian di Nigeria. Hasilnya, globalisasi ekonomi menyebabkan penurunan kemiskinan. Begitu pula dengan Oyewale dan Amusat 2013 yang menilai globalisasi melalui integrasi ekonomi yang semakin mel-uas pada akhirnya untuk meningkatkan standar hidup orang di seluruh dunia, namun sebagian besar negara berkembang di Afrika, Asia, dan Amerika Latin telah menjadi korban dari proses globalisasi terutama karena kemiskinan dan ketimpangan pendapatan meningkat dalam dua dekade terakhir. Chaudhry dan Imran 2013 melakukan penelitian di Pakistan menggunakan analisis regresi time series menemukan bukti empiris bahwa liberalisasi perdagangan mengurangi kemiskinan tetapi tidak memiliki dampak yang signifi kan secara statistik terhadap kemiskinan dan pendapatan ketimpa-ngan secara agregat dalam jangka pendek. Dalam jangka panjang, liberalisasi perdagangan memiliki Konferensi Nasional dan Call for Paperā€œImproving Accounting, Management, and Economic Research in Developing Business Sustainability and and Economic Growthā€108 Jurnal MODUS & Ristekdikti- 2017beberapa efek yang kuat pada kemiskinan dan 2004 menyatakan globalisasi bisa memberi efek yang rumit pada keterkaitan anta-ra pertumbuhan ekonomi, kemiskinan, dan ketimpangan. Globalisasi memperburuk ketimpangan pendapatan, sementara potensi pertumbuhan terbatas sehingga meningkatkan kemiskinan dalam jangka panjang panjang. Namun, jika globalisasi keuangan memberikan kontribusi untuk keuangan pembangunan, kendala pendanaan bisa mereda dan efek negatif dari ketimpangan pertumbuhan bisa menjadi lebih kecil Harrison et al., 2004. Globalisasi juga bisa mendisiplinkan pemerintah dan membatasi korupsi, dan periksa efek samping negatif dari ketimpangan pertumbuhan. Hal ini menun-jukkan bahwa kita harus mempertimbangkan interaksi yang rumit dan hubungan antara globalisasi, ketimpangan dan pertumbuhan, dalam memeriksa efek dari globalisasi terhadap argumen yang meragukan bahwa globalisasi mengurangi kemiskinan di negara-negara berkembang. Kemiskinan masih merajalela di banyak negara berkembang setelah berkembangannya arus globalisasi meskipun jumlah orang di bawah kemiskinan absolut terus turun Chen dan Raval-lion, 2007. Pangsa penduduk yang hidup di bawah $ 1 per hari di dunia menurun dari sekitar 30% pada tahun 1981 menjadi 18% pada tahun 2004 di Asia. Sementara itu, kemiskinan absolut turun dari 11% menjadi 9% di Amerika Latin dan Karibia, 42% menjadi 41% di Sub-Sahara Afrika, dan menjadi di Eropa Timur dan Asia Tengah. Studi lain menyimpulkan bahwa globalisasi bisa memecahkan masalah kemiskinan jika kebijakan pelengkap termasuk pengembangan sumber daya manusia dan infrastruktur, dan stabilitas makroekonomi yang dilaksanakan Harrison, 2007. Nissanke dan Thorbecke 2010 menyatakan bahwa dampak globalisasi terhadap kemiskinan sangat kompleks terkait dengan interaksi globalisasi, pertumbuhan dan Globalisasi Ekonomi dan Ketimpangan PendapatanTerdapat banyak studi tentang hubungan antara ketimpangan dan pertumbuhan ekonomi. Hal ini memberikan implikasi penting tentang peran globalisasi dalam pertumbuhan ekonomi, distribusi pendapatan, dan kemiskinan. Secara teoritis, hubungan antara pertumbuhan globalisasi dan ketimpa-ngan pendapatan dibahas dari sudut pandang tiga teori pertumbuhan. Pertama, teori pertumbuhan neo-klasik memprediksi terjadi konvergensi meningkatkan keseta-raan karena peningkatan mobilitas modal melalui perdagangan internasional. Kuznets 1955 mem-buat hipotesis hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan pendapatan yang berbentuk kurva U-terbalik. Pada awalnya pertumbuhan ekonomi akan meningkatkan ketimpangan pendapa-tan, akan tetapi pada tingkat tertentu akan menurunkan ketimpangan tersebut. Wang et al., 2008 melakukan penelitian di China yang menemukan Globalisasi ekonomi memperbaiki ketimpangan pendapatan. Peningkatan pendapatan disebabkan oleh adanya pembangunan yang tidak merata di be-berapa wilayah di China. Suci 2015 meneliti pengaruh globalisasi terhadap pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan pendapatan di ASEAN. Hasilnya, tingkat globalisasi secara keseluruhan ditemukan mempunyai dampak yang positif secara signifi kan terhadap pertumbuhan ekonomi dan dampak yang negatif terhadap ketimpangan pendapatan. Kedua, teori pertumbuhan endogen memprediksi kurang konvergensi atau divergensi mening-katkan ketimpangan pendapatan karena meningkatnya inovasi teknologi di negara-negara maju dan tidak adanya struktur fundamental makroekonomi untuk mengeksploitasi keuntungan dari globalisasi di negara-negara kurang berkembang. Globalisasi bisa memperburuk ketimpangan pendapatan kare-na proses produksi dibagi dan beberapa bagian ditransfer ke luar negeri Feenstra dan Hanson, 1999. Selain itu, efek ancaman yang terkait dengan pemindahan pabrik dapat melemahkan daya tawar pe-kerja Burke dan Epstein, 2000. Kebijakan ekonomi neoliberal yang mendorong globalisasi telah memberikan kontribusi untuk peningkatan ketidaksetaraan pendapatan Cornia dan Kiiski, 2001. Ketiga, teori pertumbuhan ketergantungan memprediksi terjadi divergensi peningkatan ket-impangan pendapatan karena perbedaan manfaat dari integrasi ekonomi dan perdagangan dan struk-tur produksi terkunci di negara kurang berkembang. Sudut pandang ini menilai Globalisasi menye-babkan ketimpangan pendapatan antar negara semakin tinggi dibandingkan ketimpangan pendapatan Konferensi Nasional dan Call for Paperā€œImproving Accounting, Management, and Economic Research in Developing Business Sustainability and and Economic Growthā€109 Jurnal MODUS & Ristekdikti- 2017masyarakat dalam suatu negara. Atif et al., 2012 menggunakan data dari 68 negara berkembang tahun 1990-2010 menemukan bahwa globalisasi akan meningkatkan ketimpangan pendapatan. Globalisasi akan memiliki implikasi yang sangat berbeda terhadap ketimpangan pendapatan tergantung pada dimensi globalisasi yang terlibat di negara yang bersangkutan. Perekonomian dunia telah menjadi lebih terintegrasi secara global tetapi telah menimbulkan ketimpangan antara nega-ra-negara. Dampak dalam negeri akibat globalisasi tergantung pada strategi dan kebijakan negara tersebut. Negara yang paling dirugikan adalah negara yang kualitas sumberdaya manusianya rendah, birokrasi yang rumit, dan tidak demokrasi Williamson, 2002; O’Rourke, 2001; dan Aghion dan Wil-liamson, 1998. Krugman dan Obstfeld 2004 menyatakan para pemilik faktor-faktor produksi yang melimpah di suatu negara akan memperoleh keuntungan dari adanya hubungan perdagangan, namun para pe-milik faktor-faktor produksi yang langka di suatu negara sebaliknya akan mengalami kerugian aki-bat perdagangan internasional. Menurut argumen Stopler-Samuelson, keterbukaan perdagangan akan meningkatkan ketimpangan pendapatan apabila negara berkelimpahan modal, dan akan mengurangi ketimpangan pendapatan jika negara berkelimpahan tenaga kerja Asteriou et al., 2013. 4. METODE Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan adalah data sekunder berupa data deret waktu dari tahun 1978-2015. Data tersebut diperoleh dari Badan Pusat Statistik, Bank Indonesia, dan Kementerian Perdagangan Indonesia. Pada studi kepustakaan diambil melalui jurnal internasional dan nasional, buku-buku, dan literatur ilmuah lainnya. Data yang digunakan adalah data pertumbuhan ekonomi diproksikan dari data PDB ADHK tahun dasar 2010. Data globalisasi ekonomi diukur dengan indeks liberalisasi perdagangan yang diproksikan dari jumlah ekspor dan impor sebagai rasio dari PDB. Data kemiski-nan diproksikan dari data rasio jumlah orang miskin terhadap jumlah penduduk. Data ketimpangan pendapatan diproksikan dari data indeks gini. Data pendukung lainnya yang digunakan adalah data tingkat pengangguran terbuka TPT yang diproksi dari jumlah orang menganggur terhadap jumlah angkatan kerja. Metode Vector Error Correction Model VECMMetode yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah metode VECM yang merupakan VAR yang terestriksi yang digunakan untuk variabel yang nonstasioner tetapi memi-liki potensi untuk terkointegrasi. Setelah dilakukan uji kointegrasi pada model yang digunakan, maka dianjurkan untuk memasukan persamaan kointegrasi kedalam model yang digunakan. Pada data time series kebanyakan memiliki tingkat stasioneritas pada perbedaan pertama fi rst difference atau I 1 Firdaus, 2011. VECM kemudian memanfaatkan informasi restriksi kointegrasi tersebut ke dalam spesifi kasinya. Oleh karena itu, VECM sering disebut sebagai desain VAR bagi series tidak stasioner yang memiliki hubungan kointegrasi. Dengan demikian, dalam VECM terdapat speed of adjustment dari jangka pendek ke jangka panjang. Adapun spesifi kasi model VECM secara Umum adalah sebagai berikut………………………………………. 1dimana = vektor yang berisi variabel yang dianalisis dalam penelitian = vektor intersep = vektor koefi sien regresi = time trend = , dimana mengandung persamaan kointegrasi jangka panjang Konferensi Nasional dan Call for Paperā€œImproving Accounting, Management, and Economic Research in Developing Business Sustainability and and Economic Growthā€110 Jurnal MODUS & Ristekdikti- 2017 = variabel in-level = matriks koefi sien regresi = ordo VECM dari VAR = error Model Penelitian Dalam penelitian ini akan melihat hubungan antara globalisasi ekonomi dengan kemiskinan dan ketimpangan pendapatan di Indonesia baik hubungan jangka pendek maupun jangka panjang, sehingga model persamaan adalah sebagai berikutMODEL 1 Fokus menganalisis dampak globalisasi ekonomi terhadap kemiskinan......... 2dimana = Tingkat kemiskinan = Pendapatan Domestik Bruto dalam bentuk logaritma natural = Pendapatan Domestik Bruto per Kapita dalam bentuk logaritma natural = Tingkat pengangguran terbukaMODEL 2 Fokus menganalisis dampak globalisasi ekonomi terhadap ketimpangan pendapatan.......... 3dimana = Indeks Gini = Pendapatan Domestik Bruto dalam bentuk logaritma natural = Pendapatan Domestik Bruto per Kapita dalam bentuk logaritma natural = Tingkat pengangguran terbukaSemua data yang digunakan dalam VAR adalah dalam bentuk logaritma natural LN kecuali data yang sudah dalam bentuk persen. Selain itu dapat memudahkan dalam melakukan analisis IRF dan FEVD, pengaruh shock dilihat dalam standar deviasi yang dapat dikonversi dalam bentuk persen-tase. Semua variabel dalam metode VAR adalah variabel endogen, sehingga dalam model penelitian dapat melihat hubungan saling ketergantungan antar semua variabel. PEMBAHASANSebelum membahas mengenai estimasi VAR terlebih dahulu dilakukan dilakukan pemeriksaan terhadap hasil uji stasioneritas data, penentuan lag optimal, uji stabilitas, dan uji kointegrasi Juanda dan Junaidi 2012. Uji stasioneritas data menggunakan uji ADF Augmenteed Dicky Fuller dengan menggunakan taraf nyata lima persen. Jika nilai t-ADF lebih kecil dari nilai kritis MacKinnon, maka dapat disimpulkan data yang digunakan adalah stasioner tidak mengandung akar unit. Pengujian akar-akar unit ini dilakukan pada tingkat level sampai dengan fi rst difference. Baik pada Model 1 dan Model 2, didapatkan bahwa data stasioner pada tingkat fi rst lag dalam sebuah sistem VAR merupakan hal yang penting. Di samping berguna un-tuk menunjukkan berapa lama reaksi suatu variabel terhadap variabel lainnya, penentuan lag optimal juga berguna untuk menghilangkan masalah autokolerasi dalam sebuah sistem VAR. Penetapan lag optimum biasanya didasarkan pada nilai Akaike Information Criteria AIC, Final Prediction Error FPE, Hannan-Quinn Information Criterion HQ, dan Schwarz Information Criterion SC. Ber- Konferensi Nasional dan Call for Paperā€œImproving Accounting, Management, and Economic Research in Developing Business Sustainability and and Economic Growthā€111 Jurnal MODUS & Ristekdikti- 2017dasarkan kriteria tersebut, lag optimal untuk Model 1 dan Model 2 adalah lag VAR stabil jika root-nya memiliki nilai modulus nilai absolut kurang dari satu. Dari hasil uji stabilitas VAR pada lag 4 Model 1 diperoleh nilai modulus kurang dari satu, yaitu berkisar antara hingga Pada Model 2 dengan lag 4 juga diperoleh nilai modulus kurang dari satu, yaitu berkisar antara hingga Hal ini menunjukkan bahwa sistem VAR yang digunakan dalam penelitian ini bersifat stabil. Uji kointegrasi dilakukan untuk menentukan apakah variabel-variabel yang stasioner pada tingkat fi rst difference terkointegrasi atau tidak. Uji kointegrasi dalam penelitian ini menggunakan metode Johansen Cointegration Test dengan membandingkan trace statistic dengan nilai kritis sebe-sar 5 persen. Jika nilai trace statistic lebih besar dibandingkan nilai kritisnya, maka terdapat kointe-grasi dalam sistem persamaan tersebut. Pada kedua model penelitian ditemukan adanya kointegrasi. Hal ini menunjukkan bahwa diantara variabel-variabel yang diuji memiliki hubungan kombinasi lin-ear yang bersifat stasioner kointegrasi dalam jangka panjang. Dengan demikian, penelitian ini dapat menggunakan model VECM karena semua data stasioner pada fi rst difference dan terdapat kointe-grasi antarvariabel. Dampak Globalisasi Ekonomi Terhadap KemiskinanBesimi et al., 2006 menyatakan bawah model VECM menghasilkan dua output estimasi uta-ma, yaitu mengukur hubungan jangka pendek antarvariabel dan mengukur error-correction atau ke-cepetan variabel-variabel dalam bergerak menuju keseimbangan jangka panjangnya. Dengan demiki-an, estimasi VECM dilakukan untuk mengetahui adanya hubungan keseimbangan jangka pendek dan jangka panjang antarvariabel. Dari hasil estimasi VECM akan didapat hubungan jangka pendek dan jangka panjang antara tingkat kemiskinan POVR, indeks keterbukaan perdagangan TOI, pertum-buhan ekonomi LNGDP, pendapatan per kapita LNGDP_C, dan tingkat pengangguran terbuka OUR. Tabel 1 memperlihatkan hubungan variabel pada jangka pendek maupun jangka panjang. Ber-dasarkan Tabel 1 dapat dilihat pada jangka pendek terdapat empat variabel yang berpengaruh sig-nifi kan terhadap tingkat kemiskinan. Variabel tersebut adalah variabel tingkat kemiskinan itu sendiri pada lag kedua dan keempat. Pada lag kedua secara signifi kan berpengaruh negatif terhadap tingkat kemiskinan, yang berarti bahwa kenaikkan sebesar satu persen pada dua tahun sebelumnya akan menurunkan tingkat kemiskinan itu sendiri pada periode sekarang sebesar persen. Sementara itu, tingkat kemiskinan pada lag keempat secara signifi kan berpengaruh positif terhadap tingkat kemiski-nan, yang berarti bahwa kenaikkan sebesar satu persen pada empat tahun sebelumnya akan menaik-kan tingkat kemiskinan itu sendiri pada periode sekarang sebesar kedua adalah pertumbuhan ekonomi pada lag ketiga dan keempat yang berpengaruh positif pada tingkat kemiskinan. Hal ini berarti kenaikkan sebesar satu persen pada pertumbuhan ekonomi tiga tahun sebelumnya akan menaikkan tingkat kemiskinan pada tahun berjalan sebesar persen. Hal yang serupa terjadi pada lag keempat, dimana apabila terjadi kenaikkan satu persen pertumbuhan ekonomi pada empat tahun sebelumnya akan meningkatkan tingkat kemiskinan pada tahun berjalan sebesar ketiga adalah pendapatan per kapita pada lag pertama dan kedua yang berpengaruh positif pada tingkat kemiskinan. Hal ini berarti kenaikkan sebesar satu persen pendapatan per kapita pada tahun sebelumnya akan menaikkan tingkat kemiskinan pada tahun berjalan sebesar pers-en. Hal yang serupa terjadi pada lag kedua, dimana apabila terjadi kenaikkan satu persen pendapatan per kapita pada dua tahun sebelumnya akan meningkatkan tingkat kemiskinan pada tahun berjalan sebesar keempat adalah tingkat pengangguran terbuka pada lag kedua dan ketiga yang ber-pengaruh positif pada tingkat kemiskinan. Hal ini berarti kenaikkan sebesar satu persen pada tingkat pengangguran terbuka pada dua tahun sebelumnya akan menaikkan tingkat kemiskinan pada tahun berjalan sebesar persen. Hal yang serupa terjadi pada lag ketiga, dimana apabila terjadi ke- Konferensi Nasional dan Call for Paperā€œImproving Accounting, Management, and Economic Research in Developing Business Sustainability and and Economic Growthā€112 Jurnal MODUS & Ristekdikti- 2017naikkan satu persen tingkat pengangguran terbuka pada tiga tahun sebelumnya akan meningkatkan tingkat kemiskinan pada tahun berjalan sebesar lain yang berguna dari hasil estimasi VECM dalam jangka pendek adalah keterbu-kaan perdagangan internasional tidak memiliki pengaruh signifkan dalam jangka pendek terhadap tingkat kemiskinan. Hal ini menunjukkan bahwa keterbukaan perdagangan tidak serta merta dapat mengurangi kemiskinan di Indonesia. Menurut McCulloch et al., 2001 perdagangan yang menga-rah pada liberalisasi perdagangan tidak berperan langsung dalam mengatasi kemiskinan. Walaupun keterbukaan perdagangan semakin besar, ia memainkan peranan kecil untuk mengatasi kemiskinan. Oleh karena itu, meskipun pemerintah membuat kebijakan yang mengarah kepada liberalisasi perda-gangan, harus diikuti pula dengan kebijakan anti kemiskinan lainnya agar perdagangan dapat mem-berikan manfaat yang maksimal dalam mengurangi Tabel 1 juga terbukti adanya mekanisme penyesuaian dari jangka pendek ke jangka pan-jang yang ditunjukkan dengan koefi sien kointegrasi yang signifi kan dan bernilai negatif. Koefi sien pada kointegrasi tersebut berarti bahwa kesalahan dikoreksi sebesar persen untuk menuju keseimbangan jangka panjang. Hasil estimasi VECM dalam jangka panjang menunjukkan bahwa variabel yang signifi kan memengaruhi tingkat kemiskinan POVR di Indonesia adalah indeks keter-bukaan perdagangan TOI, pertumbuhan ekonomi LNGDP, pendapatan per kapita LNGDP_C, dan tingkat pengangguran terbuka UNEMP.Tabel 1Hasil Estimasi VECM Jangka Pendek dan Jangka Panjang Model 1Jangka PanjangVariabel Koefi sien t-statistikPOVR-1 1TOI-1 *[ *[ *[ *[ PendekVariabel Koefi sien t-statistikCointEq1 *[ *[ *[ *[ *[ *[ *[ *[ *[ -* siginifi kan pada taraf nyata 5%.- nilai t-ADF untuk nilai kritis 5% sama dengan Hubungan jangka panjang diatas dapat ditulis dalam persamaan linier berikut POVR = + – + Konferensi Nasional dan Call for Paperā€œImproving Accounting, Management, and Economic Research in Developing Business Sustainability and and Economic Growthā€113 Jurnal MODUS & Ristekdikti- 2017Pada pengujian VECM, variabel keterbukaan perdagangan berpengaruh negatif secara signifi -kan terhadap tingkat kemiskinan dengan nilai koefi sien sebesar Nilai tersebut menginterpreta-sikan bahwa setiap kenaikkan indek keterbukaan perdagangan sebesar satu persen akan menurunkan tingkat kemiskinan di Indonesia sebesar persen. Hal ini mengindikasikan bahwa dalam jangka panjang dengan semakin terbukanya perdagangan internasional akan berpengaruh negatif terhadap tingkat kemiskinan. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hameed dan Nazir 2009 yang menunjukkan bahwa globalisasi ekonomi dapat mengurangi kemiskinan dalam jangka panjang. Akan tetapi, manfaat dari globalisasi ekonomi terhadap perekonomian suatu negara juga tergantung pada kebijakan makroekonomi domestik, struktur pasar, kondisi awal ekonomi, kualitas lembaga dan tingkat stabilitas politik. Ozcan dan Kar 2016, Okungbowa dan Eburajolo 2014, Oyewale dan Amusat 2013, dan Fischer 2003 juga memberi kesimpulan yang serupa. Berdasarkan hasil estimasi VECM, manfaat perdagangan bagi masyarakat miskin baru akan dirasakan dalam jangka panjang. Oleh karena itu, diperlukan berbagai upaya lain agar masyarakat miskin mendapatkan man-faat dari perdagangan internasional. Hal ini dapat direalisasikan apabila kebijakan perdagangan dapat memberdayakan dan memproteksi pelaku ekonomi kecil sehingga mampu bersaing dalam perdagan-gan dunia. Variabel GDP berpengaruh positif secara signifi kan terhadap tingkat kemiskinan di Indonesia. Koefi sien GDP adalah sebesar yang menunjukkan bahwa setiap kenaikkan GDP sebesar satu persen maka tingkat kemiskinan akan meningkat sebesar persen. Hasil pengujian VECM terse-but mengindikasikan bahwa pertumbuhan ekonomi makro selama ini tidak pro terhadap masyarakat miskin. Artinya, pertumbuhan ekonomi Indonesia menghasilkan suatu proses sirkuler yang mem-buat pemilik modal mendapat keuntungan semakin banyak, dan mereka yang tidak memiliki modal menjadi semakin miskin Myrdal, 1968. Todaro dan Smith 2006 memberikan deskripsi serupa yang menyatakan bahwa tingkat pertumbuhan ekonomi yang cepat tidak dengan sendirinya memper-baiki distribusi keuntungan bagi segenap penduduk. Pertumbuhan yang cepat berakibat buruk kepada kaum miskin, karena mereka akan tergilas dan terpinggirkan oleh perubahan struktural pertumbuhan modern. Pemikir lain seperti Baudrillard 2011 juga mengkritik secara tajam ideologi pertumbu-han. Ia menyatakan bahwa ideologi pertumbuhan hanya menghasilkan dua hal, yaitu kemakmuran dan kemiskinan. Makmur bagi yang diuntungkan dan miskin bagi yang dipinggirkan. Berdasarkan berita resmi statistik yang dikeluarkan oleh BPS Indonesia, ekonomi Indonesia Semester I-2016 ter-hadap Semester II-2015 tumbuh Akan tetapi, penurunan tingkat kemiskinan hanya terjadi di perkotaan, sementara di pedesaan mengalami peningkatan. Persentase penduduk miskin di dae-rah perkotaan pada Semester II-2015 sebesar persen, turun menjadi persen pada Semester I-2016. Sementara persentase penduduk miskin di daerah perdesaan naik dari persen menjadi persen pada periode yang sama BPS, 2016. Variabel pendapatan per kapita diduga dalam jangka panjang akan berpengaruh negatif ter-hadap tingkat kemiskinan secara signifi kan. Koefi sien pendapatan per kapita adalah sebesar – yang berarti jika pendapatan per kapita dinaikkan sebesar satu persen maka tingkat kemiskinan akan menurun sebesar persen. Hasil penelitian ini menujukkan pola yang sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Wirawan dan Arka 2015, yaitu apabila pendapatan per kapita meningkat maka penduduk di wilayah tersebut semakin sejahtera sehingga mereka dapat keluar dari garis kemiskinan dan tingkat kemiskinan berkurang. Variabel tingkat pengangguran terbuka dalam jangka panjang memiliki pengaruh yang posi-tif secara signifi kan terhadap tingkat kemiskinan sebesar persen. Artinya dalam jangka pan-jang peningkatan tingkat pengangguran terbuka sebesar satu persen akan meningkatkan kemiskinan sebesar persen. Hasil ini serupa dengan hasil penelitian Egunjobi 2014 mengenai paradoks kemiskinan dan pengangguran di Nigeria. Meskipun Nigeria kaya akan sumber daya alam, tingkat kemiskinan masih tinggi dan pengangguran tinggi. Penelitian yang menggunakan data times series dengan cointegration dan error correction model ini menemukan bahwa dalam jangka panjang pen-gangguran berpengaruh positif terhadap tingkat kemiskinan. Di Indonesia, dengan sumber daya alam Konferensi Nasional dan Call for Paperā€œImproving Accounting, Management, and Economic Research in Developing Business Sustainability and and Economic Growthā€114 Jurnal MODUS & Ristekdikti- 2017yang melimpah pengangguran dan kemiskinan masih menjadi isu yang selalu hangat dibicarakan baik darah akademik maupun Dampak Globalisasi Ekonomi Terhadap Ketimpangan PendapatanDari hasil estimasi VECM akan didapat hubungan jangka pendek dan jangka panjang antara ketimpangan pendapatan GINI, indeks keterbukaan perdagangan TOI, pertumbuhan ekonomi LNGDP, pendapatan per kapita LNGDP_C, dan tingkat pengangguran terbuka UNEMP. Tabel 2 memperlihatkan hubungan variabel pada jangka pendek dan jangka panjang. Pada Tabel 2 terli-hat pada jangka pendek terdapat empat variabel yang berpengaruh signifi kan terhadap ketimpangan pendapatan. Variabel pertama adalah variabel ketimpangan pendapatan itu sendiri pada lag pertama. yang berpengaruh negatif terhadap ketimpangan pendapatan. Artinya, kenaikkan sebesar satu satuan pada setahun sebelumnya akan menurunkan ketimpangan pendapatan itu sendiri pada periode seka-rang sebesar satuan. Variabel kedua adalah keterbukaan perdagangan pada lag kedua dan ketiga yang berpengaruh negatif terhadap ketimpangan pendapatan. Hal ini berarti kenaikkan sebesar satu persen pada indeks keterbukaan perdagangan dua tahun sebelumnya akan menurunkan ketimpangan pendapatanan pada tahun berjalan sebesar Hal yang serupa terjadi pada lag ketiga, apabila terjadi kenaikkan satu persen indeks keterbukaan perdagangan pada empat tahun sebelumnya akan menurunkan ketimpan-gan pendapatan pada tahun berjalan sebesar ketiga adalah pertumbuhan ekonomi pada lag pertama dan keempat. Pada lag pertama secara signifi kan berpengaruh positif terhadap ketimpangan pendapatan, yang berarti bahwa kenaik-kan sebesar satu persen pada setahun sebelumnya akan meningkatkan ketimpangan pendapatan pada periode sekarang sebesar Pada lag keempat secara signifi kan berpengaruh negatif terhadap ketimpangan pendapatan, yang berarti bahwa kenaikkan sebesar satu persen pada empat tahun sebel-umnya akan menurunkan ketimpangan pendapatan pada periode sekarang sebesar satuan. Variabel keempat adalah tingkat pengangguran terbuka pada lag ketiga yang berpengaruh nega-tif terhadap tingkat kemiskinan. Hal ini berarti kenaikkan sebesar satu persen pada tingkat pengang-guran terbuka pada tiga tahun sebelumnya akan menurunkan ketimpangan pendapatan pada tahun berjalan sebesar 2Hasil Estimasi VECM Jangka Pendek dan Jangka Panjang Model 2Jangka PanjangVariabel Koefi sien t-statistikGINI-1 1TOI-1 [ *[ *[ *[ PendekVariabel Koefi sien t-statistikCointEq1 *[ *[ *[ *[ *[ *[ *[ -* siginifi kan pada taraf nyata 5%.- nilai t-ADF untuk nilai kritis 5% sama dengan Konferensi Nasional dan Call for Paperā€œImproving Accounting, Management, and Economic Research in Developing Business Sustainability and and Economic Growthā€115 Jurnal MODUS & Ristekdikti- 2017Dari Tabel 2 juga terbukti adanya mekanisme penyesuaian dari jangka pendek ke jangka pan-jang yang ditunjukkan dengan koefi sien kointegrasi yang signifi kan dan bernilai positif. Koefi sien pada kointegrasi tersebut berarti bahwa kesalahan dikoreksi sebesar untuk menuju keseim-bangan jangka panjang. Hasil estimasi VECM dalam jangka panjang menunjukkan bahwa variabel yang signifi kan memengaruhi ketimpangan pendapatan GINI di Indonesia adalah indeks keterbu-kaan perdagangan TOI, pertumbuhan ekonomi LNGDP, pendapatan per kapita LNGDP_C, dan tingkat pengangguran terbuka UNEMP.Hubungan jangka panjang diatas dapat ditulis dalam persamaan linier berikut GINI = + - + pengujian VECM, variabel keterbukaan perdagangan berpengaruh negatif secara tidak signifi kan terhadap ketimpangan pendapatan dengan nilai koefi sien sebesar Nilai tersebut menginterpretasikan bahwa setiap kenaikkan indeks keterbukaan perdagangan sebesar satu persen akan menurunkan ketimpangan pendapatan di Indonesia sebesar satuan. Hal ini mengin-dikasikan bahwa dalam jangka panjang dengan semakin terbukanya perdagangan internasional akan berpengaruh negatif terhadap ketimpangan pendapatan tetapi tidak signifi kan. Manfaat perdagangan untuk mengurangi ketimpangan pendapatan lebih dirasakan dampaknya dalam jangka pendek. Sedan-gkan dalam jangka panjang tidak berpengaruh signifi kan. Oleh karena itu, diperlukan berbagai upaya lain agar masyarakat berpendapatan rendah mendapatkan manfaat dari perdagangan internasional. Hal ini dapat direalisasikan apabila kebijakan perdagangan dapat memberdayakan dan memproteksi pelaku ekonomi kecil sehingga mampu bersaing dalam perdagangan dunia. Oleh karena itu, peran negara dalam mengatur perdagangan internasional menjadi penting untuk mewujudkan pemerataan pendapatan Stiglitz, 2007. Tjakrawerdaja et al, 2017 menyatakan bahwa negara mempunyai peran yang sangat startegis dalam mengendalikan ekonomi untuk kesejahteraan GDP berpengaruh positif secara signifi kan terhadap ketimpangan di Indonesia. Koefi sien GDP adalah sebesar yang menunjukkan bahwa setiap kenaikkan GDP sebesar satu persen maka ketimpangan pendapatan akan meningkat sebesar satuan. Hasil ini mengindikasi-kan bahwa pertumbuhan ekonomi makro selama ini tidak dirasakan merata oleh seluruh masyarakat. Agusalim 2016 menemukan hasil yang sama dalam penelitian yang menganalisis pengaruh desen-tralisasi dalam mendistribusikan pendapatan nasional untuk mengurangi ketimpangan pendapatan. Peneltian tersebut menemukan setelah reformasi berlaku, setiap kenaikan satu persen dalam per-tumbuhan ekonomi akan meningkatkan ketimpangan pendapatan sebesar persen. Todaro dan Smith 2006 menyatakan bahwa tingkat pertumbuhan ekonomi yang cepat tidak dengan sendirinya memperbaiki distribusi keuntungan bagi segenap penduduk. Pertumbuhan yang cepat berakibat bu-ruk kepada kaum miskin, karena mereka akan tergilas dan terpinggirkan oleh perubahan struktural pertumbuhan modern. Pemikir lain seperti Baudrillard 2011 juga mengkritik secara tajam ideologi pertumbuhan. Ia menyatakan bahwa ideologi pertumbuhan hanya menghasilkan dua hal, yaitu ke-makmuran dan kemiskinan. Makmur bagi yang diuntungkan dan miskin bagi yang dipinggirkan, sehingga menciptakan ketimpangan pendapatan yang semakin pendapatan per kapita diduga dalam jangka panjang akan berpengaruh negatif ter-hadap ketimpangan pendapatan secara signifi kan. Koefi sien pendapatan per kapita adalah sebesar – yang berarti jika pendapatan per kapita naik sebesar satu persen maka ketimpangan pendapatan akan turun sebesar persen. Hasil ini menunjukkan pola yang berbeda dengan hipotesis Kuznet. Perbedaannya terletak pada hubungan jangka pendek antara pendapatan per kapita dan ketimpangan pendapatan. Kuznet 1955 menyatakan bahwa dalam jangka pendek peningkatan pendapatan per kapita akan diikuti oleh naiknya ketimpangan pendapatan, tetapi hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh jangka pendek antara kedua variabel tersebut. Namun demikian, dalam jangka panjang hasil penelitian ini sejalan dengan hipotesis yang diajukan oleh tingkat pengangguran terbuka dalam jangka panjang memiliki pengaruh yang posi- Konferensi Nasional dan Call for Paperā€œImproving Accounting, Management, and Economic Research in Developing Business Sustainability and and Economic Growthā€116 Jurnal MODUS & Ristekdikti- 2017tif secara signifi kan terhadap ketimpangan pendapatan sebesar Artinya dalam jangka panjang peningkatan tingkat pengangguran terbuka sebesar satu persen akan meningkatkan ketimpangan pendapatan sebesar persen. Hasil ini serupa dengan hasil penelitian Cysne dan Turchik 2012 dan Saunders 2002 yang membuktikan bahwa pengangguran berkontribusi terhadap ketimpangan pendapatan. Hal itu juga menimbulkan serangkaian dampak sosial yang melemahkan orang yang menganggur itu sendiri, keluarga mereka dan masyarakat tempat mereka tinggal. Di Indonesia, den-gan sumber daya alam yang melimpah pengangguran dan ketimpangan pendapatan masih menjadi isu yang selalu hangat dibicarakan baik darah akademik maupun politik. Untuk itu, pemerintah perlu mendesain suatu kebijakan yang efektif untuk penciptaan lapangan kerja guna memperkecil ketimpa-ngan pendapatan. 5. 6. SIMPULAN DAN IMPLIKASI SimpulanBerdasarkan hasil penelitian Model 1, dapat disimpulkan bahwa dalam jangka pendek keter-bukaan perdagangan internasional tidak memiliki pengaruh yang signifi kan terhadap kemiskinan. Tetapi, dalam jangka panjang terbukaan perdagangan internasional berpengaruh signifkan terhadap penurunan tingkat kemiskinan di Indonesia. Hasil penelitian Model 2, dapat disimpulkan bahwa dalam jangka pendek keterbukaan perdagangan internasional berpengaruh negatif signifi kan terhadap ketimpangan pendapatan. Tetapi, dalam jangka panjang keterbukaan perdagangan internasional tidak berpengaruh signifi kan dalam menurunkan ketimpangan pendapatan. Untuk mengurangi kemismikinan melalui perdagangan internasional, perlu diterapkan suatu sistem perdagangan yang adil. Sehingga semua pelaku ekonomi mendapat manfaat, bukan menjadi predator bagi yang lainnya. Ketimpangan pendapatan dapat dikurangi dengan cara menciptakan per-tumbuhan ekonomi yang inklusif sehingga seluruh masyarakat menikmati hasil dari pertumbuhan ekonomi. Selain itu, perlu dijuga diterapkan sistem perdagangan yang adil, dimana terdapat kemi-traan yang setara antarperlaku ekonomi yang dilandasi oleh jiwa dan semangat kekeluargaan gotong royong sebagai acuan dalam aturan main Implikasi KebijakanDari berbagai artikel ilmiah dan fakta empiris yang terungkap dalam penelitian ini, maka di-perlukan suatu komitmen dan strategi bagi seluruh pelaku ekonomi dan pihak-pihak yang berke-pentingan untuk menciptakan suatu sistem perdagangan yang adil. World Fair Trade Organization WFTO mendefi nisikan fair trade sebagai model perdagangan yang berdasarkan pada kemitraan setara melalui dialog, keterbukaan dan saling menghormati. Tujuannya adalah untuk menciptakan ke-adilan, pembangunan berkesinambungan, melindungi hak-hak kelompok produsen dan pekerja yang terpinggirkan, dan melindungi lingkungan dari kerusakan akibat kegiatan ekonomi yang eksploratif. Menurut Tjakrawerdaja et al, 2017 sistem perdagangan yang adil hanya dapat terjadi bila ter-dapat kemitraan yang setara antarperlaku ekonomi. Apabila perdagangan dijalankan atas prinsip per-saingan maka dipastikan ada yang menang dan ada yang kalah. Kemitraan yang setara dalam perda-gangan harus dilandasi oleh jiwa dan semangat kekeluargaan gotong royong sebagai acuan dalam aturan main perdagangan. Semua pelaku ekonomi harus menerapkan hubungan kerja dan hubungan industrial yang harmonis, dinamis, dan berkeadilan. Konsep ini menurut Tjakrawerdaja et al, 2017 merupakan bagian dari Sistem Ekonomi Pancasila, yang tujuan utamanya adalah untuk mewujudkan kemakmuran bersama seluruh rakyat dan kemandirian ekonomi bangsa. Tujuan tersebut dapat terwu-jud apabila seluruh keputusan alokasi sumber daya ekonomi diputuskan oleh seluruh rakyat, melalui Majelis Permusyawaratan Rakyat MPR bukan oleh pasar atau pemerintah yang berkuasa lembaga eksekutif.UCAPAN TERIMA KASIHUcapan terima kasih terutamanya disampaikan kepada Kementerian Riset, Teknologi, dan Pen- Konferensi Nasional dan Call for Paperā€œImproving Accounting, Management, and Economic Research in Developing Business Sustainability and and Economic Growthā€117 Jurnal MODUS & Ristekdikti- 2017didikan Tinggi Direktorat Jenderal Penguatan Riset Dan Pengembangan atas bantuan dana Penelitian Dosen Pemula tahun 2017 yang diberikan untuk pelaksanaan penelitian ini dan pihak lain yang telah ikut PustakaAbbott, 2003. Development policy in the new millennium and the Doha Development Round’. Asian Development Bank, available at SSRN or P., dan Williamson. 1998. Growth, inequality and globalization Theory, history, and policy. New York Cambridge University Press. Agusalim, L. 2016. Pertumbuhan ekonomi, ketimpangan pedapatan dan desentralisasi di Indonesia. KINERJA Journal of Business and Economics, 201 53-68. DOI Z. 2015. Trade and income distribution in Pakistan. Global Journal of Management and Business Research B Economics and Commerce, 158 D, Dimelis S, Moudatsu A. 2013. Globalization and income inequality A panel data econo-metric approach for the EU27 countries. Economic Model 03071; Atif, M., Srivastav, M., Sauytbekova, M., dan Arachchige, K. 2012. Globalization and income inequality a panel data analysis of 68 countries. Munich Personal RePec Archive Paper No. 42385; Baudrillard, 2011. Masyarakat konsumsi. Bantul ID. PenerbitKreasi Wacana.Besimi, F., G, Pugh, dan N, Adnett. 2006. The monetary transmission mechanism in Macedonia Implications for monetary policy. Working Papers Centre for Research on Emerging Economies Staffordshire University, 2 1-34. Borraz, F., Lopez-Cordova, J. E. 2007. Has globalization deepened income inequality in Mexico? Global Economy Journal, 71 1-55. DOI M., Munir, K. 2016. Impact of globalization on income inequality in selected Asian Coun-tries. MPRA Paper No. 74248. J. and G. Epstein. 2000. Threat effects and the internationalization of production, PERI Working Paper, No. 15. Chaudhry, Imran, F. 2013. Does trade liberalization reduce poverty and inequality? Empirical evidence from Pakistan. Pakistan Journal of Commerce and Social Sciences, 73 569-587. Chen, S., and M, Ravallion. 2007. Absolute poverty measures for the developing world, 1981- 2004, World Bank Policy Research Working Paper No. Turchick, D. 2012. Equilibrium unemployment-inequality correlation. Journal of Macroeconomics, 342 454-469. DOI D., Kraay, A. 2002, Growth is good for the poor. Journal of Economic Growth, 7 195-225. doi 2014. Poverty and unemployment paradox in Nigeria. IOSR Journal Of Humanities And Social Science IOSR-JHSS, 195 Ver. IV M. 2002. Runtuhnya teori pembangunan dan globalisasi. Penerbit Pustaka Pelajar. dan C, Vali. 2011. The effects of globalisation on OECD income inequality A static and dynamic analysis. Working Papers 12/2011/DE. dan Hanson. 1999. The impact of outsourcing and high-technology capital on wages Estimates for the 1979-1990, Quarterly Journal of Economics, 1143. Firdaus, M. 2011. Aplikasi ekonometrika untuk data panel dan time series. Bogor. PT. Penerbit IPB Press. Fischer, S. 2003. Globalization and its challenges. Presented at the conference in memory of Rudi- Konferensi Nasional dan Call for Paperā€œImproving Accounting, Management, and Economic Research in Developing Business Sustainability and and Economic Growthā€118 Jurnal MODUS & Ristekdikti- 2017ger Dornbush. Ginting, 2014. Trade balance development and its determining factors. Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, 81 51-72. Hameed, A., dan A. Nazir. 2009. Economic globalization and its impact on poverty and inequality Evidence From Pakistan. dan McMillan. 2004. Global Capital Flows and Financing Constraints. Jour-nal of Development Economics, 751. Harrison, A. 2007. Globalization and poverty An introduction. Chicago University of Chicago Press and the National Bureau of Economic A., dan Lee, S. 2010. The relationship between globalization, economic growth and in-come inequality. Journal of Globalization Studies, 12 87– dan Buchanan. 2002. An introduction to organizational behaviour. Prentice Hall Edition Juanda, B., dan Junaidi. 2012. Ekonometrika deret waktu teori dan aplikasi. Bogor ID. IPB Press.Krugman, P., Obstfeld, M. 2004. Ekonomi internasional. Faisal H Basri, penerjemah; Eva Dia Sakti, editor. Jakarta ID Penerbit Indeks. Terjemahan dari International Economics. Ed ke 5. Kuznets, S. 1955. Economic growth and income inequality. American Economic Review, 451 dan S. Kiiski. 2001. Trends in income distribution in the post-world war II period. WIDER Discussion Paper, 2001/ 2004. Pro-poor growth A review of what we know and of what we don’t. World Bank. M. 2016. The effects of trade openness on income inequality - Evidence from BRIC coun-tries. Economics Bulletin, 363 N., L. A. Winters, dan X. Cirera. 2001. Trade tiberalization and poverty A handbook. London Centre for Economic Policy Research and Department for International Development. Mukherjee, N., dan Krieckhaus, J. 2012. Globalization and human well-being. International Politi-cal Science Review, 332 150-170. h p// M., dan Fleischer, A. 2011. Economic growth and globalization in Romania. World Ap-plied Science Journal 12 10 1691-1697, G. 1968. Asian drama – An inquiry into the poverty of nations. New York, M., dan Thorbecker, E. 2010. Globalization, poverty and inequality in Lation Amer-ica Findings from case studies. World Development, 386 797-802; doi Ogunyomi, Daisi, dan Oluwashikemi, 2013. Economic globalization, income in-equality and economic growth in Nigeria A Static Data Analysis 1986-2010. ABC Journal of Advanced Research, 22 dan Eburajolo, 2014. Globalization and poverty rate in Nigeria An em-pirical analysis. International Journal of Humanities and Social Science, 411 2001. Globalization and inequality Historical trends. Trinity College Dublin, CEPR and NBER, 1-42. h ps// dan Amusat, 2013. Impact of globalization on poverty reduction in Nigeria. Interdisciplinary Journal of Contemporary Research in Business, 411. Ozcan, G., Kar, M. 2016. Does foreign trade liberalization reduce poverty in Turkey?. Journal of Economic and Social Development, 31 M. 2006, Looking beyond averages in the trade and poverty debate. World Development, Elsevier, 348 1374-1392. Available from h p// F., Akhoondzadeh, T., dan Arsalanbod, M. R. 2014. The triangle of trade liberalization, eco-nomic growth and income inequality. Communications on Advanced Computational Science with Applications, 20141 1-15. h p// P. 2002. The direct and indirect effects of unemployment on poverty and inequality. Konferensi Nasional dan Call for Paperā€œImproving Accounting, Management, and Economic Research in Developing Business Sustainability and and Economic Growthā€119 Jurnal MODUS & Ristekdikti- 2017SPRC Discussion Paper No. 118 1-31. h ps// 2007. Making globalization work. New York Norton & Company, Inc. Suci, 2015. Pengaruh tingkat globalisasi terhadap pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan pendapatan di ASEAN. [TESIS]. Institut Pertanian Bogor. BogorTjakrawerdaja S, Purwandaya, B., Lenggono, P. S., Karim, M. dan Agusalim, L. 2017. Sistem eko-nomi Pancasila. Jakarta Rajawali P., dan Smith, 2006. Pembangunan ekonomi. Haris Munandar, penerjemah; Devri Barnadi, editor. Jakarta ID Penerbit Erlangga. Terjemahan dari Economic Development. Ed ke 9. Twyford, P. 2003. Does trade liberalisation exacerbate or reduce poverty? Trade and globalisation in the lead up to the Cancun Ministerial. Address to Council for International Development CID Trade Forum. Oxfam International. Landon. Wang, B., Tian, X., dan Dayanandan, A. 2008. The impact of economic globalization on income distribution Empirical evidence in China. Economic Bulletin, 435 1-8. Williamson, 2002. Winners and losers over two centuries of globalization. WIDER Annual Lecture 6. Helsinki dan S, Arka. 2015. Analisis pengaruh pendidikan, PDRB per kapita dan tingkat pengangguran terhadap jumlah penduduk miskin Provinsi Bali. E-Jurnal Ekonomi Pembangu-nan Universitas Udayana, 45 2016. Globalization, spending and income inequality in Asia Pasifi c. Journal of Comparative Asian Development, 151 1-18. h p// M., dan Fida, 2016. Trade openness and income inequality in China and the SAARC Region, Asian Pasifi c Economic Literature, 302 33-44. h p// ī€ƒī€‚     ī€ˆī€‚ ī€ƒī€‚   ī€Šī€‚   ī€‰ī€‚ī€ƒī€„ī€…ī€„ī€†ī€‡ī€ˆī€‰ī€ī€Šī€‹ī€Œī€ī€Žī€‰ī€‹ī€ī€ī€ī€Œī€‘ī€…ī€‘ī€’ī€ˆī€“ī€”ī€•ī€–ī€ī€—ī€˜ī€•ī€™ī€‚ī€˜ī€ī€‚ī€™ī€šī€‚ī€ī€›ī€‚ī€œī€‚ī€ī€œī€ī€žī€œī€‚ī€Ÿī€‚ī€—ī€™ī€‚ī€›ī€‹ī€Žī€‹ī€…ī€ ī€‹ī€‡ī€‹ī€†ī€ī€‹ī€†ī€ˆī€!"ī€ī€œī€‘$ī€‹ī€Œī€‹ī€†ī€‰ī€‹ī€™ī€„ī€Ž%&'!!*++ī€ī€ƒī€,-"+'ī€ī€Šī€‹ī€Œī€-&'!!*.'' Indonesia was experiencing trade globalization in the form of decreasing and uniforming tariffs and eliminating various non-tariff barriers. Trade globalization had a positive and negative impact on Indonesian's welfare. Therefore, this study aims to analyze the effect of Trades Globalization on Indonesians Welfare. The Trade globalization was measured by three variables, namely Trade Openness, Inflation, and Exchange Rate. While Indonesians Welfare was measured by three aspects, namely education aspect using School Enrollment, health aspect using Life Expectancy, and economic aspect using the GDP Per capita. The data used was time series data from 1971-2016. This study applied mix-methods, quantitatively using Structural Equation Modeling Partial Least Square SEM-PLS and qualitatively using desk study. The results indicated that Trade Openness and Exchange Rate were positive and significant indicators in measuring Trade globalization. In addition, School Enrollment and GDP Per capita were also positive and significant indicators in measuring Indonesians Welfare. In general, the test showed that Trade globalization had a negative and significant influence on Indonesians Welfare. This fact suggested the importance of controlling exchange rate stability in Indonesia because the exchange rate could affect people's ability to maintain lives through purchasing power. In addition, globalization measured through Trade Openness could be an accommodation to obtain new technology in various fields, such as in education to improve the quality of human resources, in the health sector to treat various diseases and reduce the risk of death, and in the economy, sector to increase Per capita study examines the impact of economic globalization on income inequality and economic growth in Nigeria from 1986 to 2010. The study methodology was mainly Static Linear Econometric Model. Two models were used to test the two dependent variables simultaneously. The findings revealed that economic globalization had caused a widening income inequality as well as reduced economic growth of Nigerian economy due to much emphasis on financial globalization and other macroeconomic imbalances rather than trade globalization. It is therefore recommended that for Nigeria economy to exploit the gains of economic globalization just like the Asian Tigers, the Government should demonstrate good governance at all tiers of government through protectionist domestic policy, fiscal efficiency, political stability, adequate infrastructural provisions and encourages entrepreneurship development in Non-oil sectors to drastically reduce income equality between the unskilled and skilled labours. 20 PDF Economic Globalization, Income Inequality and Economic Growth in Nigeria A Static Data Analysis 1986-2010. Available from [accessed Sep 26 2021].Buku ini dapat dibeli di situs Buku ini pada intinya merekonstruksi buah pikiran dan cita-cita para pendiri negara di bidang ekonomi yang dipandang sangat relevan dan menjadi solusi bagi masalah bangsa dalam menghadapi tantangan globalisasi. Sungguh luar biasa! Pemikiran dasar tentang ekonomi Indonesia Merdeka ternyata telah diletakan oleh Bung Hatta sejak tahu 1932. Dalam pidatonya. ā€œKe Arah Indonesia Merdekaā€, yang diucapkan pada tahun itu, Bung Hatta menyatakan ā€œPendeknya cara mengatur pemerintahan negeri, cara menyusun perekonomian rakyat, semuanya harus diputuskan oleh rakyat dengan mufakat… Inilah arti kedaulatan rakyat. Tidak saja dalam hal politik melainkan juga dalam sisi sosial dan ekonomi ada demokrasiā€. Dari pandangan yang sangat mendasar tersebut, jelas tergambar betapa mekanisme pengaturan negara-termasuk di bidang ekonomi-harus diputuskan oleh seluruh rakyat secara mufakast. Bagi Bung Hatta, hal inilah arti sesungguhnya dari kedaulatan rakyat di bidang ekonomi. Oleh karena itu, ada kaidah, arah, dan haluan perekonomian bangsa ini harus diputuskan oleh MPR sebagai pemegang kedaulatan rakyat melalui UUD 1945 dan GBHN. Kehadiran buku ini semoga dapat memperkaya khazanah pemikiran ekonomi di Indonesia khususnya, dan dunia umumnya, bahwa Sistem Ekonomi Pancasila SEP adalah ā€cara pandang sendiriā€ dalam ekonomi untuk mewujudkan cita-cita kemerdekaan Indonesia, yaitu mencapai kesejahteraan umum sebagaimana tercantum dan diamanatkan dalam Pembukaan UUD 1945 beserta sistem yang selama ini dianggap sebagai ā€œjalan tengahā€ dari sistem kapitalisme dan sosialime atau pun sistem alternatif/jalan ketiga. SEP-sebagaimana dimaknai para pendiri NKRI-merupakan ā€œsistem sendiriā€, yang dalam buku ini berhasil direkonstruksi dengan pelacakan historis dan elaborasi dari sudut filsafat ilmu-dengan tiga tahap pembahasan asal-usul penalaran, serta arah haluan dan penerapannya. Lestari AgusalimThis research aims to analyze the effect of decentralization on national income distribution and the reduce of income Inequality in Indonesia. This research used secondary data with gross domestic product GDP representing national income and gini index data representing income inequality from 1978 to 2015. An OLS Linear Regression approach was employed where the gini index was the dependent variable, and the independent variables were GDP and the Dummy for decentralization implementation. The result revealed that decentralization had not been able to distribute economic growth to minimize income Zakaria Bashir FidaThe paper empirically examines the effects of trade liberalisation on income inequality in China and the South Asian Association for Regional Cooperation countries. Panel data analysis is conducted for the period of 1973 to 2012. The results show that liberal trade policies have increased income inequality in these countries. These results are robust to alternative liberalisation measures. The control variables used have differing effects on income distribution. Per capita income has an increasing effect on income inequality, while education, financial development, financial openness, democracy, and government size are shown to reduce income inequality. These outcomes can be expected to have important policy implications for the use of trade liberalisation in these G. WilliamsonThe world has seen two globalization booms over the past two centuries, and one bust. The first global century ended with the First World War and the second started at the end of Second World War, while the years in between were ones of anti-global backlash. This chapter reports what we know about the winners and losers during the two global centuries, including aspects almost always ignored in modern debate — how prices of consumption goods on the expenditure side are affected, and how the economic position of the poor is influenced. It also reports two responses of the winners to the losers’ complaints. Some concessions to the losers took the form of anti-global policy manifested by immigration restriction in the high-wage countries and trade restriction pretty much everywhere. Some concessions to the losers were also manifested by a race towards the top’ whereby legislation strengthened losers’ safety nets and increased their sense of political participation. The chapter concludes with four lessons of history and an agenda for international economists, including more attention to the impact of globalization on commodity price structure, the causes of protection, the impact of world migration on poverty eradication and the role of political participation in the whole process. Mathew Y. H. WongThis paper provides an overview of the patterns of government spending and income distribution in the Asia-Pacific region under globalization. Previous studies have not placed much emphasis on the underlying policy mechanisms. Not only does this article take the change in public spending into account, it also allows for different factors and distributive outcomes to be associated with distinct types of spending education, welfare and health. Health-related spending is found to reduce income inequality, while the reverse is true for welfare expenses. The results also suggest that globalization strongly exacerbates income inequality even after controlling for economic, demographic and political factors. The results carry significant implications for governments in the Asia-Pacific region.

pengaruh ekonomi internasional terhadap keseimbangan ekonomi